JellyPages.com

Selasa, 19 November 2013

KDK Pemeriksaan Feses

Ketrampilan Dasar Keperawatan
Pemeriksaan Feses






BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11).
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, gas indol, skatol dan sterkobilinogen. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna.
Bahan pemeriksaan tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh tinja dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum. Untuk pemeriksaan rutin dipakai tinja sewaktu dan sebaiknya tinja diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam tinja menjadi rusak. Pemeriksaan tinja terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana mekanisme pengeluaran feses?
2.      Bagaimana cara melakukan pemeriksaan feses?
3.      Apa saja penyakit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan feses?
1.3       Tujuan
1.      Untuk mengetahui mekanisme pengeluaran feses.
2.      Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan feses.
3.      Untuk mengetahui penyakit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan feses.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tinja
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11).
Feses (tinja) juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari : sisa – sisa makanan; air; bakteri; zat warna empedu.

Ø  Perkiraan Komposisi Tinja tanpa Air Seni

Komponen
Kandungan (%)
Air
Bahan organik (dari berat kering)
Nitrogen (dari berat kering)
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering)
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering)
Karbon (dari berat kering)
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering)
C/N rasio (dari berat kering)
66-80
88-97
5,7-7,0
3,5-5,4
1,0-2,5
40-55
4-5
5-10

Ø  Kuantitas Tinja dan Air Seni

Tinja/Air Seni
Gram/orang/hari
Berat Basah
Berat Kering
Tinja
135-270
35-70
Air Seni
1.000-1.300
50-70
Jumlah
1.135-1.570
85-140


2.2 Mekanisme Defekasi
1.      Pengertian Defekasi
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut bowel movement.Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :

a. Refleks defekasi instrinsik
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi gelombang peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus,spingter anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.

b. Refleks defekasi parasimpatis
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.

2.      Mekanisme Defekasi
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal, setiap harinya, kolon menerima sekitar 500 Ml kimus dari usus halus melalui katup ileosekal dengan waktu yang dibutuhkan 8-15 jam. Oleh karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan berlangsung di usus halus, maka kolon yang menerima residu makanan yang tidak dapat dicerna seperti selulosa. Selulosa dan bahan lain yang tak dapat dicerna akan keluar sebagai feses.
Gerakan kontraksi pada kolon disebut kontraksi haustra yang lama interval antara dua kontraksi adalah 30 menit, sedangkan usus halus berkontraksi 9-12 kali dalam semenit. Kontraksi haustra berupa gerkaan maju-mundur yang menyebabkan isi kolon terpajan ke mukosa absortif yang melibatkan pleksus intrinsik. Kontraksi lambat ini pula yang menyebabkan bakteri dapat tumbuh subur di usus besar.
Peningkatan nyata motilitas berupa kontraksi simultan usus besar terjadi tiga sampai empat kali sehari. Kontraksi ini disebut gerakan massa yang mampu mendorong feses sejauh sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon hingga mencapai bagian distal usus besar, tempat penyimpanan feses.
Refleks gastrokolon, yang diperantarai oleh gastri dari lambung ke kolon dan saraf otonom ekstrinsik, terjadi ketika makanan masuk ke lambung dan akan memicu refleks defekasi. Oleh karena itu, sebagian besar orang akan merasakan keinginan untuk buang air besar setelah makan pagi. Hal ini karena refleks tersebut mendorong isi kolon untuk masuk rectum sehingga sehingga tersedia tempat di dalam usus untuk makanan yang baru dikonsumsi. Selanjutnya, isi usus halus akan didorong ke usus besar melalui refleks gastroileum.
Gerakan massa mendorong isi kolon ke dalam rektum sehingga rektum meregang. Peregangan ini menimbulkan refleks defekasi yang disebabkan oleh aktivasi refleks intrinsik. Refleks intrinsik, lebih tepatnya pleksus mienterikus, menimbulkan gerakan peristaltik sepanjang kolon desendens,sigmoid,dan rectum yang memaksa feses memasuki anus dan membuat sfingter anus berelaksasi.Namun ,defekasi dapat di cegah hika sfingter anus eksternus yang berupa otot rangka tetap berkontraksi yang dikontrol secara sadar.Dinding rektum yang semula merenggang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda hingga akhirnya datang gerakan massa berikutnya.
            Gerakan pperistaltik yang di picu oleh refleks intrinsik bersifat lemah.Oleh karena itu terdapat refleks parasimpatik untuk memperkuatnya.Sinyal dari rektum dilanjutkan terlebih dahulu ke korda spinalis lalu dikirim balik ke kolon,sigmoid,dan rektum melalui nervus pelvis sehingga gerakan peristaltik bersifat lebih kuat.Sinyal defekasi yang memasuki korda spinalis menimbulkan efek lain seperti tarikan nafas dalam,penutupan glotis,dan kontraksi abdomen mendorong feses keluar.
Pengubahan Sisa Makanan menjadi Feses (1),(2)
            Di dalam usus besar,tidak terjadi proses pencernaan karena ketiadakan enzim pencernaan dan penyerapan yang terjadi lebih rendah daripada usus halus akibat luas permukaan yang lebih sempit.Dalam keadaan normal,kolon menyerap sebagaian garam (NaCl),dan H2O.Natrium adalah zat yang paling aktif di serap,Cl-secara pasif menuruni gradient listrik,dan H2O berpindah melalui osmosis.Mulosa,melalui penyerapan keduanya maka terbentuk feses yang padat. Sekitar 500ml bahan masuk ke kolon,350 ml di serap dan 150 g feses di keluarkan. Feses terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat seperti seperti selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil garam. Dengan demikian, produk sisa utama yang diekskresiakn melalui feses adalah bilirubin, serta makanan yang pada dasarnya tidak dapat diserap oleh tubuh.

2.3 Interpretasi Hasil Laboratorium Feses

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinis menegakkan diagnosis suatu penyakit. Feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang canggih, dalam beberapa kondisi pemeriksaan feses masih sangat penting yang tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Feses merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi.
Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia.
1.      Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan.
2.      Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.
3.      Pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin.


1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, konsistensi, warna, bau, darah, lendir dan parasit.
a.      Jumlah
Banyaknya tinja yang dikeluarkan oleh seseorang ditentukan oleh susunan dan jumlah makanan yang dipergunakanny, tetapi normalnya 100 sampai 200 gram dalam 24 jam.
Jumlah pengeluaran tinja dapat berkurang sebagai akibat obstipasiyang dapat ditimbulkan misalnya oleh tirah baring, susunan makanan yang diberikan kepada penderita, perubahan cara hidup atau kelainan – kelainan yang terjadi pada usus penderita.
Frekuensi pengeluaran tinja dalam 24 jam pada masing – masing orang berbeda – beda. Keteraturan terjadinya pengeluaran tinja penting artinya.
b.      Konsistensi
Tinja normal berbentuk padat dan melekat. Kelainan dalam bentuk tinj ini adalah :
1.      Encer (diare); tinja seperti ini isalnya dapat terjadi sebagai akibat penyakit yang menyerang usus besar atau sebagai akibat radang usus;
2.      Keras;tinja keras dapat terjadi akibat sembelit; kalau keadaan ini berlangsung cukup lama, maka begitu banyak air yang diabsorpsi dari tinj tersebut, sehingga tinja menjadi keras, sehingga dinamakan orang tinja batu;
3.      Berbentuk panjang seperti pita; keadaan tinja ini dapat terjadi sebagai akibat penyempitan dalam usus.
c.       Warna
a.         Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan.
b.         Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c.         Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d.        Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
e.         Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
d.      Bau
Bau khas dari tinja disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau tinja. Terdapat juga beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau tinja. Bau tinja normal yang seharusnya tidak terlalu menusuk hidung dan tidak menyenangkan. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.
e.       Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darahterdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum.
f.       Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
g.      Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, cacing pita, larva,batu empedu dan lain - lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
2. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.2,3
c. leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.2,3Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan..


d. eritrosit
Eritrosi thanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
f. epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitelyang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.1-3
g. kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja LUGOL Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.2,3
h. Sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan juga pada keadaan normal, tetapi dalam keadaan tertentu jumlahnya meningkat dan hal ini dihubungkan dengan keadaan abnormal. Sisa makanan sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi berasal dari hewan seperti serat otot, serat elastisdan lain-lain. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol untuk menunjukkan adanya amilum yang tidak sempurna dicerna. Larutan jenuh Sudan IIIatau IV dipakai untuk menunjukkan adanya lemak netral seperti pada steatorrhoe.2 Sisa makanan ini akan meningkat jumlahnya pada sindroma malabsorpsi.


3. PEMERIKSAAN KIMIA TINJA.
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar untukmengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pemeriksaan darah samar dalam tinja dapat dilakukan dengan menggunakan tablet reagens. Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0 nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu yang menimbulkan perubahan warna.
Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti ferrofumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari makanan tersebut diatas selama 3-4 hari sebelum dilakukan pemeriksaan darah samar. Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.  
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, jika obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja berwarna kelabu disebut akholik. Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.



2.4       Pengambilan spesimen feses
Spesimen feses diperlukan untuk skrining infeksi gastrointestinal, biasanya diperlukan sampel feses sebesar kenari.
a.      Prosedur pengambilan specimen feses (dewasa)
1.      Jelaskan prosedur pada ibu dan dapatkan persetujuan tindakan darinya.
2.      Siapkan alat     :
1.    Pispot bersih.
2.    Wadah specimen feses dengan alat pengambil feses.
3.    Sarung tangan bersih
4.    Minta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontaminasi dengan urine.
5.    Cuci tangan dan pakai sarung tangan.
6.    Dengan alat pengambil feses, ambil dan masukkan feses ke dalam wadah specimen, kemudian tutup dan bungkus.
7.    Observasi warna, konsistensi, dan adanya parasite pada sampel.
8.    Buang alat dengan benar.
9.    Cuci tangan.
10.Beri label pada wadah specimen dan kirim ke laboratorium.
11.Lakukan pendokumentasi dan tindakan yang sesuai.
b. Prosedur pengambilan specimen feses (bayi)
Ikuti prosedur di atas, dapatkan persetujuan tindakan dari orang tua dan ambil sempel langsung dari popok.
Peran dan tanggung jawab bidan
Secara garis besar peran dan tanggung jawab bidan adalah
1.        Menjelaskan prosedur dan mendapatkan persetujuan tindakan.
2.        Melakukan pengambilan specimen dengan benar.
3.        Melakukan pendokumentasian yang benar.

Sepesimen Feses
Analisis spesimen feses dapat memberikan informasi tentang kondisi klien. Beberapa tujuan pemeriksaan feses meliputi:
1.      Untuk menentukan adanya darah samar (tersembunyi ). Pendarahan dapat terjadi akibat akibat ulkus, penyakit inflamasi, atau tumor. Pemerikasaan untuk darah samar sering disebut sebagai uji guaiac, dapat dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau oleh klien dirumah. Kertas guaiac  yang digunakan untuk pemeriksaan sensitife terhadap adanya darah pada feses. Makanan tertentu, obat, dan vitamin C dapat menjadikan hasil pemeriksaan tidak akurat. Hasil positif-palsu dapat terjadi bila klien baru saja memekan (1) daging merah; (2) sayuran atau buah-buahan mentah; atau (3) obat-obatan tertentu  yang dapat mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan pendarahan, seperti aspirin atau obat anti inflamasi  nonsteroid (Nonsteroidal Anti Inflamatory Drugs/ NSAID) yang lain, steroid sediaan besi dan antikoagulan. Hasil negative-palsu terjadi bila klien mengonsumsi  lebih dari 250 mg vitamin C perhari dari semua sumber baik dari diet dan suplemen hingga 3 hari sbelum pengukuran-sekalipunjika ada pendarahan.
2.      Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh , jumlah lemak yang brlebihan pada feses (steatore) dapat mengindifikasikan absorpsi lemak yang terganggu pada usus halus. Penurunan jumlah empedu dapat mengindifikasikan obstruksi cairan empedu dari hati kekandung empedu   ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu mengumpulkan dan mengirim seluruh feses pada satu kali defaksi, bukan sempel yang sedikit
3.      Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. Ketika mengumpulkan spesimen untuk  pemeriksaan parasit,sampel harus segera dibawa ke laboratorium saat masih baru. Biasanya, ada tiga specimen feses yang di evaluasai untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapat disusun pengobatan yang sesuai (Kec, 1999, hlm. 665).
4.      Untuk mendeteksi adanya bakteri atau virus.  Pemeriksaan hanya membutuhkan sedikit feses karena spesimen tersebut akan dikultur. Wadah atau tabung penampung harus steril dan teknik aseptik digunakan saat mengumpulkan specimen. Feses perlu dikirim segera kelaboratorium. Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan laboratorium bila klien mendapatkan antibiotik.
2.5       Proses Keperawatan: Uji dan Spesmen Feses
Pengkajian dan kebutuhan dapat meliputi aspek-aspek berikut ini:
1.      Ketidak nyamanan pada abdomen sebelum, selama, atau selama defaksi
2.      Keadan kulit perineal untuk memeriksa adanya iritasi, khususnya bila klien sering defaksi dan bentuk feses cair
3.      Intervensi terkait dengan pengumpulan specimen. (mis., diet atau pengobatan yang digunakan)
4.      Adanya hemoroid yang mungkin mengalami pendarahan (terutama penting untuk klien yang mengalami konstipasi, karena pasi memperburuk hemoroid, dan pendarahan apasaja dapat memengaruhi hasil pemeriksaan)
PERENCANAAN
Sebelum pengambilan spesimen, tentukan alas an pengumpulan spesimen feses serta metode yang benar dalam mengumpulkan data dan menanganinya (yaitu beberapa banyak feses yang harus diambil, apakah dibutuhkan suatu bahan pengawet untuk ditambahkan ke feses, dan apakah spesimen ini perlu dikirim secepatnya ke laboratorium). Perawat perlu menginformasi itu ke bagian laboratorium. Pada banyak situasi , hanya satu spesimen yang diperlukan; pada situasi lain, pengumpulan spesimen feses sesuai waktu yang diperlukan, dan setiap feses yang keluar keluar dikumpulkan selama periode waktu yang ditentukan. Periksa apakah klien perlu diet bebas daging merah dan apakah dan apakah klien harus menghentikan preparat zat besi sebelum uji darah samar.
PENDELEGASIAN
Pengumpulan  dan pengambilan spesimen dapat dilakukan oleh UAP. Walaupun demikian, perawat perlu mempertimbangkan pengumpulan sebelum mendelegasikan tugas ini. Contohnya, pengumpulan spesimen feses secara acak pada wadah feses dapat di delegasikan, tetapi kultur feses yang membutuhkan swab steril pada tabung periksa harus dilakukan oleh perawat. Teknik pengumpulan yang tidak benar dapat mengakibatkan hasil pemeriksaan tidak akurat.
            Tugas mengambil dan memeriksa spesimen feses untuk darah samar dapat dilaksanakan oleh UAP. Perawat perlu mengajarkan pada UAP untuk melaporkan kepada perawat bila terdeteksi ada darah dan/atau bila hasil uji positif. Selain itu, spesimen  harus disimpan agar perawat dapat mengulang pemeriksaan.
Implementasi :
Teknik 4-3 Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen Feses
Perlengkapan
Mengumpulkan Spesimen Feses
§ Pispot atau commode yang bersih atau steril
§ Sarung tangan disposable
§ Wadah specimen dari plastic atau karton (berlabel) dengan penutup atau, hapusan steril pada tabung periksa untuk kultur fases, sesuai kebijakan yang ada.
§ Dua spatel
§ Handuk kertas
§ Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap
§ Penyegar udara
Pemeriksaan Feses untuk Darah Samar
§ Pispot atau commode yang bersih.
§ Sarung tangan disposabel.
§ Dua spatel
§ Handuk kertas
§ Alat periksa
Persiapan
Kumpulkan peralatan yang diperlukan.Pasang tanda di kamar mandi klien bila diperlukan specimen feses sesuai waktu (missal, simpan semua feses).
Pelaksanaan
1.    Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu dilakukan, dan bagaimana klien dapat bekerja sama.Diskusikan bagaimana hasil pemeriksaan dapat digunakan untuk merencanakan atau pengobatan selanjutnya.


Berikan informasi dan instruksi berikut kepada klien yang dapat berjalan.
§ Tujuan pengambilan specimen feses dan bagaimana klien dapat membantu mengumpulkanya.
§ Defekasi pada pispot atau commode yang bersih atau steril.
§ Jangan sampai spesimen terkontaminasi dengan urine atau rabas menstruasi, jika memungkinkan.Berkemih dahulu sebelum mengumpulkan specimen.
§ Jangan membuang tisu toilet ke dalam pispot setelah defekasi, karena kandungan kertas dapat memengaruhi analisis laboratorium.
§ Beritahu perawat secepat mungkin setelah defekasi, terutama setelah mendapatkan specimen yang perlu segera dikirim segera ke laboratorium.
2.     Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lainnya yang sesuai.
          Ketika mengambil sampel feses, yaitu saat membawa pispot klien, saat memindahkan sampel feses ke wadah specimen, saat membuang sisa feses pada pispot, perawat melakukan teknik aseptic medis secara cermat.
3.    Berikan privasi
4.    Bantu klien yang memerlukan bantuan.
§ Bantu klien ke commade atau pispot yang dilettakkan di atas kursi di samping tempat tidur atau di bawah dudukan toilet dikamar mandi.
§ Pasang sarung tangan untuk menghindari kontaminasi pada tangan, dan bersihkan klien sesuai kebutuhan.Inspeksi kulit sekitar anus untuk memeriksa adanya iritasi, terutama bila klien sering defekasi dan fesesnya cair.
5.    Pindahkan sejumlah feses yang diperlukan ke dalam wadah spesimen feses.
§  Gunakan satu atau dua spatel untuk memindahkan sejumlah atau semua feses ke dalam wadah specimen, hati-hati agar tidak mengontaminasi bagian luar wadah.Jumlah feses yang dikirim bergantung pada tujuan pengumpulan spesimen feses.Biasanya, pemeriksaan cukup membutuhkan 2.5 cm feses yang berbentuk atau 15-30 ml feses cair.Untuk beberapa specimen waktu, seluruh feses yang keluar mungkin perlu dikirimkan.Pus, mucus atau darah yang terlihat harus disertakan dalam sampel.
§ Untuk kultur, masukkan swab steril ke dalam specimen feses, terutama pada tempat yang terdapat bahan fekal purulent.Letakkan swab ke dalam tabung periksa steril dengan menggunakan teknik steril.
§ Untuk periksa darah samar, lihat langkah 7.
§ Bungkus spatel yang sudah digunakan dengan handuk kertas sebelum membuangnya ke dalam wadah pembuangan.Tindakan ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melalui kontak dengan benda lain.
§ Tutup wadah segera setelah specimen berada di dalam wadah.Menutup wadah segera dapat mencegah penyebaran mikroorganisme.
6.    Pastikan klien dalam keadaan nyaman.
§ Kosongkan dan bersihkan pispot atau commode dan letakkan kembali ke tempatnya.
§ Lepaskan dan buang sarung tangan.
§ Gunakan penyegar udara untuk menghilangkan bau, kecuali dikontraindiksikan untuk klien (missal semprotan yang dapat meningkatkan dyspnea).
7. Beri label dan kirimkan ke laoboratorim.
·         Pastikan informasi yang benar pada slip permintaan laboratorium pada tabel yang melekat kuat di wadah spesimen. Identifikasi spesimen yang tidak benar dapat menyebabkan kesalahan  diagnosis atau terapi untuk klien.
·         Atur spesimen agar dibawa ke laboratorium. Spesimen untuk kultur atau pemerisaan paasit perlu segera dikirim. Bila tidak memungkinkan, ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa institusi, pendinginan diindikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakan spesimen feses dalam tempat pendinginan yang berisi makanan dan obat-obatan untuk mencegah konstaminasi.
Pemeriksaan feses untuk darah samar:
·         Pilih alat periksa
·         Pasang sarung tangan
·         Ikuti petunjuk pabrik.  Sebagai contoh:
a.       Untuk uji guaiac,  pulaskan feses dengan tipis pada handuk kertas atau kertas saring dengan staple, dan teteskan reagen keatas pulaskan tersebut sesuai petunjuk.
b.      Untuk Hematest, pulaskan dengan tipis pada kertas saring, letakan tablet di tengah spesimen, dan tambahkan dua tetes air sesuaipetunjuk
c.       Untuk slide Hemoccult, pulaskan fases dengan tipis diatas  lingkaran di dalam pembungkus, dan teteskan reagen keatas pulasan. ( lihat Gambar 4-8).
·         Perhatikan reaksi. Untuk pemeriksaan, warna biru mengidentifikasikan hasil positif, yaitu adanya darah samar.
8. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
·         Catat pengumpulan spesimen pada catatan klien dan pada rencana keperwatan klien. Pencatatan meliputi hari dan waktu pengumpulan dan seluruh pengkajian keperawatan (mis., warna, bau, konsistensi, dan jumlah feses); adanya unsur abnormal seperti darah atau mukus; hasil pemeriksaan darah samar yang didapatkan; ketidaknyamanan selama atau sesudah defaksi; keadaan kulit perineal; adnya pendarahan dari anus setelah defaksi.
·         Untuk pemeriksaan darah samar, catat tipe alat pemeriksaan yang digunakan dan reaksi yang terjadi.












BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Yang dimaksud dengan tinja  adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).Mekanisme pengluaran feses terdiri dari reflek defekasi intrinsik dan parasimpatis.Pemeriksaan feses terdiri dari tiga yaitu pemeriksaan mikroskopis,makroskopis,dan kimia.


3.2  Saran
Hendaknya sebagai seorang tenaga kesehatan dapat melakukan prosedur pengambilan spesimen feses yang baik dan benar.Serta mampu mendokumentasikan dengan benar dan akurat.Sesuai dengan prosedur pemeriksaan yang telah di tetapkan,demi terciptanya kepuasan klien.











DAFTAR PUSTAKA
Bauer JD, Ackerman PG, Toro G. Clinic
al Laboratory Methods, 8 ed, Saint Louis : The CV Mosby Company. p. 538.
Gandasoebrata R. Penuntun Laboratorium Klinic,cetakan k-4,Penerbit Dian Rakyat 1970;    p 152.
Hepler OE, Manual of Clinical Laboratory Methods, 4 ed. SprinfieldIllinois USA: Charles C Thomas Publisher 1956; p 124.
Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS. Gastrointestinal tract in MedicalLaboratory Technology. ed, Raphael SS, Lynch, MJG (eds),Philadelphia: WB Saunders Company, 1976: p. 209. Hematest, Leaflet ; Ames Company, Division Miles Laboratory
Sumber : Johnson, Ruth.2004.Praktik Kebidanan.Jakarta:EGC







Tidak ada komentar:

Posting Komentar